Thursday, 2 October 2014

Mental yang bisa bikin NKRI hancur.

   Kali ini saya ingin coba mengingatkan kembali akan mental para pemimpin kita yang gagal menjadi teladan bagi kita rakyat Indonesia. Kali ini saya kesampingkan dulu tulisan saya tentang Pertanian dan Sumberdaya Indonesia. Fenomena ini tidak bisa di diamkan begitu saja, kita yang muda harus mulai greget dan buka wawasan kita tentang dagelan politik atau ulah para anggota DPR kita ini. Saya ingin mengajak teman teman untuk menyimpan video ini baik baik agar kelak 5 tahun berikutnya kita akan berpikir ulang untuk memilihnya atau memilih kembali anggota DPR ini dan harapan saya pribadi, kita yang muda untuk tidak meniru dan mengulanggi kemunduran ini jika kelak nanti kita yang muda menjadi penghuni gedung DPR ini nantinya. Secara pribadi saya juga merasa sangat sangat dan sangat merasa malu melihat mereka anggota DPR kita yang katanya adalah wakil rakyat. Berikut saya lampirkan video kericuhan DPR kita yang unduh ulang dari Youtube (https://www.youtube.com/watch?v=0zvDUEd1QrM).


   Mental ini lah yang bisa merusak NKRI nantinya. Perlahan, Moral pemimpin yang katanya teladan akan hilang dan teladan tersebut pun akan terikut hilang. Sepintas saya ingat kembali akan pernyataan dari bapak presiden kita yang keempat yaitu bapak bangsa dan bapak prural Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang pernah menyatakan anggota DPR RI sama dengan anak TK. Kala itu seawktu masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Gus Dur pernah melakukan kunjungan kerja ke DPR RI. Entah apa waktu itu menjadi alasan dan konteksnya tiba tiba Gus Dur menyatakan bahwa para anggota DPR masih seperti anak TK (Taman Kanak kanak). Pernyataan ini pada saat itu sangat ramai di seluruh media Indonesia. Mungkin inilah bagian dari jawaban pernyataan presiden RI ke-emapat, almarhum gusdur tersebut. Dan lagi saya mengajak yang muda, Semoga mental yang muda tidak mengulanggi kemunduran mental yang nantinya dapat merusak NKRI. Harapan bersama dapat tetap mempertahankan NKRI selamnya. (AES). 

Pertanian Pekarang Rumah Sebagai Bertani Modern dan Sehat.

   Banyak orang yang memiliki pekarangan rumah tapi tidak jarang diantara mereka yang meggunakan pekarangan tersebut sebagai penghias rumah untuk mempercantik rumah dan menambah kesegaran udara di rumah tersebut. Dari hasil survey menunjukkan bahwa Kabupaten Karo, Sumatera utara merupakan salah satu daerah yang sangat memperdayakan pekarangan yang ada disekitar rumah warga. Masyarakat kabupaten karo ini biasanya memperdayakan pekarangan sekitar rumahnya untuk kegiatan bercocok tanam atau bertani. Biasanya mereka bercocok tanam jenis tanaman muda atau sayur-sayuran. Jenis pada tanaman muda dan sayur sayuran yang biasanya ditanam adalah buncis, caisim, kubis, daun bawang dan banyak jenis sayuran lainnya yang biasanya memiliki umur pendek atau hanya 40 hari sampai 100 hari usia tanaman siap panen. Selain sebagai sumber penghasilan tambahan dan penyeyuk lingkungan rumah. Masyarakat karo ini secara tidak langsung sudah memiliki stock pangan yang sehat. Mereka sudah memiliki sayur mayur yang sehat dan cendrung organik. Kebiasaan inilah yang dapat kita lakukan di pekarangan rumah kita.

 Selain kabupaten karo ini, banyak daerah daerah lain di Indonesia yang memanfaatkan pekarangannya sebagai aktifitas yang membuat kehidupan penghuni rumah menjadi lebih sehat.
Di bali memiliki program terpadu P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera) untuk pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan konsep warung dan apotik hidup, Hal yang dimaksud adalah menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Sedangkan di berbagai kabupaten yang ada di jawa barat, jawa timur dan jawa timur memiliki program TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
Program program tersebut adalah bagian cara untuk memanfaatkan pekarangan rumah. Pemanfaat tersebut untuk menghasilkan tanaman obat yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Jenis tanaman yang biasanya ditanam adalah kunyit, kencur, temulawak, daun serai, lidah buaya daun sirih dan banyak jenis lainnya. Semua budidya pada program tersebut dapat kita kembangkan baik itu di pekarangan rumah yang sempit dan lebar. Bagi pekarangan yang sempit dapat dikembangkan dengan cara budidaya vertikal. Di halam beriuktnya kita akan bahas tentang budidaya tanaman secara vertikal. (AES).


 

Friday, 19 September 2014

Menghadapi MEA, Indonesia Bisa Andalkan Buah Tropika

     Indonesia dan negara negara yang tergabung dalam ASEAN lainnya tinggal menghitung bulan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA. Setiap negara akan bebas masuk ke negara kelompok ASEAN tersebut untuk melakukan perdagangan. MEA ini akan membebaskan warga negaranya yang tergabung dalam ASEAN untuk saling keluar masuk di negara ASEAN tersebut, bergabung dalam menghidupkan perdagangan dan perekonomian di negara tersebut. Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, teknologi dan bahan baku yang ada di negara tergabung akan saling keluar masuk dan bebas berinteraksi untuk mewujudkan MEA tersebut. Pada akhir tahun 2015 MEA akan resmi dilaksanakan. Mau ga mau dan siap ga siap kita sebagai salah satu anggota negara yang sudah menyetujui akan perjanjian tersebut sehingga kita harus siap dan mau bersaing dengan SDM negara negara ASEAN yang akan masuk ke Indonesia.

     Disini saya akan memulai untuk mempersiapkan bekal kita bersama sebagai bangsa Indonesia untuk menghadapi MEA. Bekal yang ingin saya ingatkan kembali dan berkali-kali adalah bidang pertanian. Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Pada tulisan kali ini saya akan mengajak kita bersama untuk mengingat akan potensi yang sangat besar bagi Indonesia. Potensi yang ingin kita lirik adalah potensi buah tropis yang ada di Indonesia. Kementerian Lingkungan hidup 2007 memaparkan bahwa masyarakat indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 450 jenis buah buahan. Jenis mangga manalagi, jeruk medan, nenas, kelengkeng, salak pondoh, rambutan, durian, buah naga, apel malang, anggur probolinggo dan manggis merupakan bagian dari jenis buah tropis Indonesia yang banyak diketahui oleh masyarakat umum dan banyak beredar di pasaran Indonesia dan Negara ASEAN lainnya.
     Potensi buah tropis tersebutlah yang akan menjadi salah satu bekal kita untuk menghadapi MEA di akhir tahun depan. Tujuan MEA nantinya adalah untuk menghilangkan hambatan tarif perdagangan antarnegara. Walaupun demikian, tidak secara otomatis produk pertanian atau buah tropis antarnegara bebas diperdagangkan. Ada standar kualitas dan higienitas yang menjadi acuan dan kesepakat bersama yang bisa menjadi benteng dari serbuan buah tropika lainnya yang berasal dari negara negara ASEAN lainnya. Dengan kata lain Indonesia harus siap memperhatikan bagaimana perawatan buah yang baik untuk meningkatkan kualitas buah dan mengetahu pengemasan yang baik demi menjaga higienitas dari buah tersebut. Intinya, kita punya buah tropis tersebut dan kedepan kita juga harus mengedepankan kualitas dan higienitas dari buah tropis tersebut sehingga kita bisa mengandalkannya untuk menghadapai MEA nantinya. (AES).

Tuesday, 16 September 2014

Beras Diabetes Atau Beras Analog Sebagai Beras Masa Depan

     Kebanyakan warga Indonesia pastinya memakan nasi sebagai makanan pokoknya. Ketika orang indonesia sudah makan roti atau makan makanan lainnya pasti kebanyakan dari mereka belum merasakan makan jika mereka belum memakan nasi atau beras. Budaya yang sudah mendarah daging sejak dahulu memang sangat sulit dan membutuhkan usaha yang lebih untuk merubahnya dan mengarahkan budaya makan tersebut ke pola makan yang lebih sehat lagi. Sebelum kita bahas lebih lanjut lagi tentang beras, mari kita lihat dulu bagaimana data tentang beras di Indonesia.
     Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi beras atau nasi di Indonesia setiap tahunnya adalah 34,75 juta ton. Pastinya banyaknya konsumsi tersebut disebabkan oleh budaya makan nasi dari masyarakat Indonesia Sedari dulu. Kita ketahui nasi memiliki karbohidrat tinggi dan tentunya dapat menjadi salah satu pemicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia. Kadar karbohidrat nasi yang banyak dalam tubuh ternyata cendrung menyebabkan penyakit diabetes. Beras yang kita masak dan konsumsi selama ini ternyata lebih cendrung menimbulkan diabetes apalagi kita ketahui kebanyakan dari sifat atau budaya makan kita jarang sekali memperhatikan akan kadar atau besaran karbohidrat dan protein dalam makanan kita. Beberapa kelompok atau pengiat yang selalu mengkampanyekan diabetes menyarankan untuk membatasi mengkonsumsi karbohidrat dari beras. Beras diabetes itulah sebutannya jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya apalagi kita melupakan pola kesehatan kita yang tidak teratur.
   
     Beras pemicu diabetes tersebut dapat kita siasati dengan mengonsumsi beras analog. Sebelum saya cerita lanjut, saya ingin menyampaikan singkat tentang arti beras analog tersebut. Beras analog merupakan salah satu rekayasa teknologi dalam pangan yang dapat mengubah bahan pangan bukan padi menjadi bentuk yang menyerupai beras dengan menggunakan mesin ekstruder. Bahan pangan bukan padi yang dimaksud adalah seperti jagung, singkong, ubi jalar, sorgum dan sebagainya. Bantuan rekayasa teknologi ekstruder tersebut dapat mengatur kadar karbohidrat pada beras analog tersebut. Bentuk yang menyerupai beras tersebut dapat membantu kita secara psikologis bahwa kita sudah makaan nasi, yang mana kebanyakan dari kita warga Indonesia yang selalu makan nasi dalam pola hidupnya. tentunya dengan rekayasa teknologi pangan tersebut tidak menutup kemungkinan akan dapat mengarahkan dan mengubah beras analog ini sebagai beras untuk generasi masa depan.

Friday, 12 September 2014

100 Tahun NKRI, Konsep Bangunan Harus Hijau

     Pembangunan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari suatu indikator kemajuan negara. Suatu negara yang maju sebanding dengan kemajuan pembangunan yang ada di negara tersebut. Tentunya, pembangunan ini memiliki dampak. Dampak positif dan negatif bisa terjadi bila pemerintah atau negara salah dalam mengarahkan dan memanagemenkan pembangunan di negaranya. Oleh sebab itu diharapkan dapat menciptakan pembangunan yang berimbang. Teori pembangunan berimbang (balanced development) merupakan kegiatan menyeimbangan antara berbagai segi kegiatan masyarakat, baik di sektor pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya yang mana korelasi semua itu dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan warga negaranya. Dengan kata kunci pemenuhan kebutuhan tersebut secara merata untuk kemajuan negara. Kali ini, saya tidak mengupas tuntas bagaimana sektor sektor tersebut saling berkorelasi dalam pembangunan sebagai aktivitasnya.

     Disini, saya akan menilik pembangunan itu bukan dari aktivitasnya tapi dari bentuk bangunannya. Salah satu bentuk bangunan suatu negara yang akan kita lirik adalah singapura, karena iklim antara singapura dan indonesia tidak terlalu jauh. Batam dan Singapura bisa menjadi indikator akan persamaan iklimnya terhadap negara kita 'Indonesia'. Sebelum kita intip lebih dalam lagi tentang bangunan yang ada di singapura, saya sangat berterimakasih kepada bapak Julianus Sandi yang memberikan masukan terhadap blog saya dan juga memberikan refrensi alamat internet (nationalgeographic.co.id) tentang konsep bangunan hijau yang ada di singapura. Adapun konsep bangunan yang ditawarkan singapura adalah konsep bangunan yang hijau dan ramah lingkungan. Dimana konsep tersebut sudah menerapkan prinsip dalam efisiensi energi, konservasi air dan mutu lingkungan dalam ruangan sejak tahun 2005. Singapura juga menargetkan 80% gedung green pada tahun 2030 dalam penjelasan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Khaw Boon Wan dalam situs national geograpic tersebut.
     Atas dasar kesamaan iklim tersebut, Ikatan Nasional Konsultan Indonesia menandatangani nota kesepahaman antara otoritas konstruksi dan bangunan Singapura pada Konfrensi International yang membahas Bangunan Hijau atau Ramah Lingkungan, Senin (1/9) di Singapura. Semoga dalam pelaksanaan pembangunan bangunan ramah lingkungan nanti dapat berjalan sesuai dengan teori pembangunan berimbang yang tentunya bisa sejalan dengan efisiensi energi, konservasi air dan mutu lingkungan. Dan lagi saya sampaikan terimakasih kepada situs nationalgeographic.co.id dalam informasinya tentang Bangunan hijau Singapura. (AES)

Menuju Kedaulatan Pangan, Asuransi Pertanian Harus Kokoh.

     Asuransi saat ini sedang mengalami trend positif di kalangan masyarakat Indonesia. Asuransi yang sedang banyak beredar ditengah masyarakat saat ini adalah asuransi kesehatan, pendidikan, biro perjalan, hari tua, kematian dan masih banyak rincian jenis asuransi lainnya. Berbagai penawaran service asuransi tersebut tentunya menjadi komoditi tersendiri bagi para agen dan pemiliki perusahaan asuransi. Namun perkembangan asuransi tersebut hanya populer dikalangan masyarakat menengah ke atas sementara masyarakat golongan menangah ke bawah belum mementingkan adanya asuransi tersebut. Tentunya hal ini harus ditanggapi serius oleh pemerintah dan dilakukan kerja keras bersama untuk kembali mengingatkan akan pentingnya asuransi sebagai penjaminan atau perlindungan terhadap kesehatan atau bisnis kita. Kali ini saya ingin mencoba memposisikan sistem asuransi tersebut bukan kearah kesehatan maupun pendidikan, melainkan ke bidang pertanian. Sistem asuransi pertanian yang nantinya dapat menjamin dan melindungi petani dari kerugian akibat gagal panen. Pastinya asuransi yang kokoh dapat mewujudkan kedaulatan pangan dalam jangka menengah atau panjang, karena dengan adanya perlindungan atau jaminan oleh lembaga asuransi terhadap bidang pertanian menjadikan petani bisa selalu bercocok tanam dan bertani.


     Secara Konstitusi, Pemerintah Indonesia sudah menyiapkannya tinggal bagaimana penerapan secara optimal dan merata di kalangan petani Indonesia. Kita punya Undang-Undang No. 19/2013 tentang asuransi pertanian untuk menjamin nasib seluruh petani. Sesuai UU No. 19/2013 Pasal 37 ayat (1) disebutkan pemerintah dan pemda berkewajiban melindungi usaha taani sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk asuransi pertanian. Selain itu, dalam Pasal 37 Ayat (2) menjelaskan bahwa asuransi pertanian dilakukan untuk melindungi petani dari kerugian gagal panen akibat bencana alam, serangan organisme pengganggu tumbuhan, wabah penyakit hewan menular, dampak perubahaan iklim; dan/atau jenis risiko lain yang diatur dalam Peraturan Menteri.
     Saat ini sebagai langkah awal kita, pemerintah baru memberikan asuransi itu ke petani padi. Harapan bersama, pemerintah dapat menyukseskannya bukannya hanya ke petani padi saja melainkan ke petani cabai, tomat, kentang, kol atau jenis tanaman hortikultura lainnya secara merata dan menyesuaikan sistem asuransi tersebut sesuai dengan karakter pertanian yang ada di daerah-masing masing. Walaupun negara-negara di Eropa sudah memulai sistem asuransi pertanian ini terlebih dahulu, kita Bangsa Indonesia harus tetap optimis untuk mengejar ketertinggalan tersebut demi menuju 100 Tahun Jaya Nyata NKRI dalam mewujudkan bidang pertanian yang makmur dan berdaulat. (AES). 











Tuesday, 9 September 2014

Transformasi Kaltim dari Pertambangan ke Energi Terbarukan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan industrialisasi produk unggulan daerah dan pengembangan energi baru terbarukan pada tahun 2015 guna memulai transformasi ekonomi yang masih mengandalkan sektor pertambangan.Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), Kaltim berupaya melakukan transformasi dari sektor pertambangan ke sektor agro industri dengan mengandalkan kelapa sawit sebagai komoditi unggulan. Karena itu, akan dikembangkan industri hilir kelapa sawit mulai dari CPO (Crude Palm Oil) sampai menjadi produk turunannya yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Berdasarkan data, struktur ekonomi Kaltim didominasi oleh sektor industri yang mencapai 42% pada tahun 2030. Tahun ini, Pemerintah berupaya memulai industri penghiliran kelapa sawit tersebut dengan berhasilnya ditanami kelapa sawit seluas satu juta hektare. Tentunya langkah ini menjadi modal utama sebagi penyedia bahan baku nantinya. Selain sawit, sektor unggulan lain yang akan dikembangkan adalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Potensi wisata bahari sangat menjadi penopang dalam pertumbahan ekonomi kelak. Kaltim memiliki 'pantai berau' yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari kedepan.

     Sementara itu, penggunaan energi terbarukan belum optimal. Pada tahun 2012, bauran energi di kaltim baru mencapai 0,02% dan berharap dengan melakukan transformasi tersebut bauran energi di Kaltim bisa mencapai3% pada tahun 2018. Kendala saat ini adalah di Mental masyarakat kaltim sendiri. Kendala tersebut menjadi tugas awal bagi pemerintah untuk mengedukasikan transformasi tersebut sehingga secara mental dapat diubah dan mampu melaksanakannya dengan bersama sama (BI).

Thursday, 2 October 2014

Mental yang bisa bikin NKRI hancur.

   Kali ini saya ingin coba mengingatkan kembali akan mental para pemimpin kita yang gagal menjadi teladan bagi kita rakyat Indonesia. Kali ini saya kesampingkan dulu tulisan saya tentang Pertanian dan Sumberdaya Indonesia. Fenomena ini tidak bisa di diamkan begitu saja, kita yang muda harus mulai greget dan buka wawasan kita tentang dagelan politik atau ulah para anggota DPR kita ini. Saya ingin mengajak teman teman untuk menyimpan video ini baik baik agar kelak 5 tahun berikutnya kita akan berpikir ulang untuk memilihnya atau memilih kembali anggota DPR ini dan harapan saya pribadi, kita yang muda untuk tidak meniru dan mengulanggi kemunduran ini jika kelak nanti kita yang muda menjadi penghuni gedung DPR ini nantinya. Secara pribadi saya juga merasa sangat sangat dan sangat merasa malu melihat mereka anggota DPR kita yang katanya adalah wakil rakyat. Berikut saya lampirkan video kericuhan DPR kita yang unduh ulang dari Youtube (https://www.youtube.com/watch?v=0zvDUEd1QrM).


   Mental ini lah yang bisa merusak NKRI nantinya. Perlahan, Moral pemimpin yang katanya teladan akan hilang dan teladan tersebut pun akan terikut hilang. Sepintas saya ingat kembali akan pernyataan dari bapak presiden kita yang keempat yaitu bapak bangsa dan bapak prural Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang pernah menyatakan anggota DPR RI sama dengan anak TK. Kala itu seawktu masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Gus Dur pernah melakukan kunjungan kerja ke DPR RI. Entah apa waktu itu menjadi alasan dan konteksnya tiba tiba Gus Dur menyatakan bahwa para anggota DPR masih seperti anak TK (Taman Kanak kanak). Pernyataan ini pada saat itu sangat ramai di seluruh media Indonesia. Mungkin inilah bagian dari jawaban pernyataan presiden RI ke-emapat, almarhum gusdur tersebut. Dan lagi saya mengajak yang muda, Semoga mental yang muda tidak mengulanggi kemunduran mental yang nantinya dapat merusak NKRI. Harapan bersama dapat tetap mempertahankan NKRI selamnya. (AES). 

Pertanian Pekarang Rumah Sebagai Bertani Modern dan Sehat.

   Banyak orang yang memiliki pekarangan rumah tapi tidak jarang diantara mereka yang meggunakan pekarangan tersebut sebagai penghias rumah untuk mempercantik rumah dan menambah kesegaran udara di rumah tersebut. Dari hasil survey menunjukkan bahwa Kabupaten Karo, Sumatera utara merupakan salah satu daerah yang sangat memperdayakan pekarangan yang ada disekitar rumah warga. Masyarakat kabupaten karo ini biasanya memperdayakan pekarangan sekitar rumahnya untuk kegiatan bercocok tanam atau bertani. Biasanya mereka bercocok tanam jenis tanaman muda atau sayur-sayuran. Jenis pada tanaman muda dan sayur sayuran yang biasanya ditanam adalah buncis, caisim, kubis, daun bawang dan banyak jenis sayuran lainnya yang biasanya memiliki umur pendek atau hanya 40 hari sampai 100 hari usia tanaman siap panen. Selain sebagai sumber penghasilan tambahan dan penyeyuk lingkungan rumah. Masyarakat karo ini secara tidak langsung sudah memiliki stock pangan yang sehat. Mereka sudah memiliki sayur mayur yang sehat dan cendrung organik. Kebiasaan inilah yang dapat kita lakukan di pekarangan rumah kita.

 Selain kabupaten karo ini, banyak daerah daerah lain di Indonesia yang memanfaatkan pekarangannya sebagai aktifitas yang membuat kehidupan penghuni rumah menjadi lebih sehat.
Di bali memiliki program terpadu P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera) untuk pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan konsep warung dan apotik hidup, Hal yang dimaksud adalah menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Sedangkan di berbagai kabupaten yang ada di jawa barat, jawa timur dan jawa timur memiliki program TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
Program program tersebut adalah bagian cara untuk memanfaatkan pekarangan rumah. Pemanfaat tersebut untuk menghasilkan tanaman obat yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Jenis tanaman yang biasanya ditanam adalah kunyit, kencur, temulawak, daun serai, lidah buaya daun sirih dan banyak jenis lainnya. Semua budidya pada program tersebut dapat kita kembangkan baik itu di pekarangan rumah yang sempit dan lebar. Bagi pekarangan yang sempit dapat dikembangkan dengan cara budidaya vertikal. Di halam beriuktnya kita akan bahas tentang budidaya tanaman secara vertikal. (AES).


 

Friday, 19 September 2014

Menghadapi MEA, Indonesia Bisa Andalkan Buah Tropika

     Indonesia dan negara negara yang tergabung dalam ASEAN lainnya tinggal menghitung bulan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA. Setiap negara akan bebas masuk ke negara kelompok ASEAN tersebut untuk melakukan perdagangan. MEA ini akan membebaskan warga negaranya yang tergabung dalam ASEAN untuk saling keluar masuk di negara ASEAN tersebut, bergabung dalam menghidupkan perdagangan dan perekonomian di negara tersebut. Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, teknologi dan bahan baku yang ada di negara tergabung akan saling keluar masuk dan bebas berinteraksi untuk mewujudkan MEA tersebut. Pada akhir tahun 2015 MEA akan resmi dilaksanakan. Mau ga mau dan siap ga siap kita sebagai salah satu anggota negara yang sudah menyetujui akan perjanjian tersebut sehingga kita harus siap dan mau bersaing dengan SDM negara negara ASEAN yang akan masuk ke Indonesia.

     Disini saya akan memulai untuk mempersiapkan bekal kita bersama sebagai bangsa Indonesia untuk menghadapi MEA. Bekal yang ingin saya ingatkan kembali dan berkali-kali adalah bidang pertanian. Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Pada tulisan kali ini saya akan mengajak kita bersama untuk mengingat akan potensi yang sangat besar bagi Indonesia. Potensi yang ingin kita lirik adalah potensi buah tropis yang ada di Indonesia. Kementerian Lingkungan hidup 2007 memaparkan bahwa masyarakat indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 450 jenis buah buahan. Jenis mangga manalagi, jeruk medan, nenas, kelengkeng, salak pondoh, rambutan, durian, buah naga, apel malang, anggur probolinggo dan manggis merupakan bagian dari jenis buah tropis Indonesia yang banyak diketahui oleh masyarakat umum dan banyak beredar di pasaran Indonesia dan Negara ASEAN lainnya.
     Potensi buah tropis tersebutlah yang akan menjadi salah satu bekal kita untuk menghadapi MEA di akhir tahun depan. Tujuan MEA nantinya adalah untuk menghilangkan hambatan tarif perdagangan antarnegara. Walaupun demikian, tidak secara otomatis produk pertanian atau buah tropis antarnegara bebas diperdagangkan. Ada standar kualitas dan higienitas yang menjadi acuan dan kesepakat bersama yang bisa menjadi benteng dari serbuan buah tropika lainnya yang berasal dari negara negara ASEAN lainnya. Dengan kata lain Indonesia harus siap memperhatikan bagaimana perawatan buah yang baik untuk meningkatkan kualitas buah dan mengetahu pengemasan yang baik demi menjaga higienitas dari buah tersebut. Intinya, kita punya buah tropis tersebut dan kedepan kita juga harus mengedepankan kualitas dan higienitas dari buah tropis tersebut sehingga kita bisa mengandalkannya untuk menghadapai MEA nantinya. (AES).

Tuesday, 16 September 2014

Beras Diabetes Atau Beras Analog Sebagai Beras Masa Depan

     Kebanyakan warga Indonesia pastinya memakan nasi sebagai makanan pokoknya. Ketika orang indonesia sudah makan roti atau makan makanan lainnya pasti kebanyakan dari mereka belum merasakan makan jika mereka belum memakan nasi atau beras. Budaya yang sudah mendarah daging sejak dahulu memang sangat sulit dan membutuhkan usaha yang lebih untuk merubahnya dan mengarahkan budaya makan tersebut ke pola makan yang lebih sehat lagi. Sebelum kita bahas lebih lanjut lagi tentang beras, mari kita lihat dulu bagaimana data tentang beras di Indonesia.
     Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi beras atau nasi di Indonesia setiap tahunnya adalah 34,75 juta ton. Pastinya banyaknya konsumsi tersebut disebabkan oleh budaya makan nasi dari masyarakat Indonesia Sedari dulu. Kita ketahui nasi memiliki karbohidrat tinggi dan tentunya dapat menjadi salah satu pemicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia. Kadar karbohidrat nasi yang banyak dalam tubuh ternyata cendrung menyebabkan penyakit diabetes. Beras yang kita masak dan konsumsi selama ini ternyata lebih cendrung menimbulkan diabetes apalagi kita ketahui kebanyakan dari sifat atau budaya makan kita jarang sekali memperhatikan akan kadar atau besaran karbohidrat dan protein dalam makanan kita. Beberapa kelompok atau pengiat yang selalu mengkampanyekan diabetes menyarankan untuk membatasi mengkonsumsi karbohidrat dari beras. Beras diabetes itulah sebutannya jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya apalagi kita melupakan pola kesehatan kita yang tidak teratur.
   
     Beras pemicu diabetes tersebut dapat kita siasati dengan mengonsumsi beras analog. Sebelum saya cerita lanjut, saya ingin menyampaikan singkat tentang arti beras analog tersebut. Beras analog merupakan salah satu rekayasa teknologi dalam pangan yang dapat mengubah bahan pangan bukan padi menjadi bentuk yang menyerupai beras dengan menggunakan mesin ekstruder. Bahan pangan bukan padi yang dimaksud adalah seperti jagung, singkong, ubi jalar, sorgum dan sebagainya. Bantuan rekayasa teknologi ekstruder tersebut dapat mengatur kadar karbohidrat pada beras analog tersebut. Bentuk yang menyerupai beras tersebut dapat membantu kita secara psikologis bahwa kita sudah makaan nasi, yang mana kebanyakan dari kita warga Indonesia yang selalu makan nasi dalam pola hidupnya. tentunya dengan rekayasa teknologi pangan tersebut tidak menutup kemungkinan akan dapat mengarahkan dan mengubah beras analog ini sebagai beras untuk generasi masa depan.

Friday, 12 September 2014

100 Tahun NKRI, Konsep Bangunan Harus Hijau

     Pembangunan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari suatu indikator kemajuan negara. Suatu negara yang maju sebanding dengan kemajuan pembangunan yang ada di negara tersebut. Tentunya, pembangunan ini memiliki dampak. Dampak positif dan negatif bisa terjadi bila pemerintah atau negara salah dalam mengarahkan dan memanagemenkan pembangunan di negaranya. Oleh sebab itu diharapkan dapat menciptakan pembangunan yang berimbang. Teori pembangunan berimbang (balanced development) merupakan kegiatan menyeimbangan antara berbagai segi kegiatan masyarakat, baik di sektor pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya yang mana korelasi semua itu dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan warga negaranya. Dengan kata kunci pemenuhan kebutuhan tersebut secara merata untuk kemajuan negara. Kali ini, saya tidak mengupas tuntas bagaimana sektor sektor tersebut saling berkorelasi dalam pembangunan sebagai aktivitasnya.

     Disini, saya akan menilik pembangunan itu bukan dari aktivitasnya tapi dari bentuk bangunannya. Salah satu bentuk bangunan suatu negara yang akan kita lirik adalah singapura, karena iklim antara singapura dan indonesia tidak terlalu jauh. Batam dan Singapura bisa menjadi indikator akan persamaan iklimnya terhadap negara kita 'Indonesia'. Sebelum kita intip lebih dalam lagi tentang bangunan yang ada di singapura, saya sangat berterimakasih kepada bapak Julianus Sandi yang memberikan masukan terhadap blog saya dan juga memberikan refrensi alamat internet (nationalgeographic.co.id) tentang konsep bangunan hijau yang ada di singapura. Adapun konsep bangunan yang ditawarkan singapura adalah konsep bangunan yang hijau dan ramah lingkungan. Dimana konsep tersebut sudah menerapkan prinsip dalam efisiensi energi, konservasi air dan mutu lingkungan dalam ruangan sejak tahun 2005. Singapura juga menargetkan 80% gedung green pada tahun 2030 dalam penjelasan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Khaw Boon Wan dalam situs national geograpic tersebut.
     Atas dasar kesamaan iklim tersebut, Ikatan Nasional Konsultan Indonesia menandatangani nota kesepahaman antara otoritas konstruksi dan bangunan Singapura pada Konfrensi International yang membahas Bangunan Hijau atau Ramah Lingkungan, Senin (1/9) di Singapura. Semoga dalam pelaksanaan pembangunan bangunan ramah lingkungan nanti dapat berjalan sesuai dengan teori pembangunan berimbang yang tentunya bisa sejalan dengan efisiensi energi, konservasi air dan mutu lingkungan. Dan lagi saya sampaikan terimakasih kepada situs nationalgeographic.co.id dalam informasinya tentang Bangunan hijau Singapura. (AES)

Menuju Kedaulatan Pangan, Asuransi Pertanian Harus Kokoh.

     Asuransi saat ini sedang mengalami trend positif di kalangan masyarakat Indonesia. Asuransi yang sedang banyak beredar ditengah masyarakat saat ini adalah asuransi kesehatan, pendidikan, biro perjalan, hari tua, kematian dan masih banyak rincian jenis asuransi lainnya. Berbagai penawaran service asuransi tersebut tentunya menjadi komoditi tersendiri bagi para agen dan pemiliki perusahaan asuransi. Namun perkembangan asuransi tersebut hanya populer dikalangan masyarakat menengah ke atas sementara masyarakat golongan menangah ke bawah belum mementingkan adanya asuransi tersebut. Tentunya hal ini harus ditanggapi serius oleh pemerintah dan dilakukan kerja keras bersama untuk kembali mengingatkan akan pentingnya asuransi sebagai penjaminan atau perlindungan terhadap kesehatan atau bisnis kita. Kali ini saya ingin mencoba memposisikan sistem asuransi tersebut bukan kearah kesehatan maupun pendidikan, melainkan ke bidang pertanian. Sistem asuransi pertanian yang nantinya dapat menjamin dan melindungi petani dari kerugian akibat gagal panen. Pastinya asuransi yang kokoh dapat mewujudkan kedaulatan pangan dalam jangka menengah atau panjang, karena dengan adanya perlindungan atau jaminan oleh lembaga asuransi terhadap bidang pertanian menjadikan petani bisa selalu bercocok tanam dan bertani.


     Secara Konstitusi, Pemerintah Indonesia sudah menyiapkannya tinggal bagaimana penerapan secara optimal dan merata di kalangan petani Indonesia. Kita punya Undang-Undang No. 19/2013 tentang asuransi pertanian untuk menjamin nasib seluruh petani. Sesuai UU No. 19/2013 Pasal 37 ayat (1) disebutkan pemerintah dan pemda berkewajiban melindungi usaha taani sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk asuransi pertanian. Selain itu, dalam Pasal 37 Ayat (2) menjelaskan bahwa asuransi pertanian dilakukan untuk melindungi petani dari kerugian gagal panen akibat bencana alam, serangan organisme pengganggu tumbuhan, wabah penyakit hewan menular, dampak perubahaan iklim; dan/atau jenis risiko lain yang diatur dalam Peraturan Menteri.
     Saat ini sebagai langkah awal kita, pemerintah baru memberikan asuransi itu ke petani padi. Harapan bersama, pemerintah dapat menyukseskannya bukannya hanya ke petani padi saja melainkan ke petani cabai, tomat, kentang, kol atau jenis tanaman hortikultura lainnya secara merata dan menyesuaikan sistem asuransi tersebut sesuai dengan karakter pertanian yang ada di daerah-masing masing. Walaupun negara-negara di Eropa sudah memulai sistem asuransi pertanian ini terlebih dahulu, kita Bangsa Indonesia harus tetap optimis untuk mengejar ketertinggalan tersebut demi menuju 100 Tahun Jaya Nyata NKRI dalam mewujudkan bidang pertanian yang makmur dan berdaulat. (AES). 











Tuesday, 9 September 2014

Transformasi Kaltim dari Pertambangan ke Energi Terbarukan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan industrialisasi produk unggulan daerah dan pengembangan energi baru terbarukan pada tahun 2015 guna memulai transformasi ekonomi yang masih mengandalkan sektor pertambangan.Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), Kaltim berupaya melakukan transformasi dari sektor pertambangan ke sektor agro industri dengan mengandalkan kelapa sawit sebagai komoditi unggulan. Karena itu, akan dikembangkan industri hilir kelapa sawit mulai dari CPO (Crude Palm Oil) sampai menjadi produk turunannya yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Berdasarkan data, struktur ekonomi Kaltim didominasi oleh sektor industri yang mencapai 42% pada tahun 2030. Tahun ini, Pemerintah berupaya memulai industri penghiliran kelapa sawit tersebut dengan berhasilnya ditanami kelapa sawit seluas satu juta hektare. Tentunya langkah ini menjadi modal utama sebagi penyedia bahan baku nantinya. Selain sawit, sektor unggulan lain yang akan dikembangkan adalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Potensi wisata bahari sangat menjadi penopang dalam pertumbahan ekonomi kelak. Kaltim memiliki 'pantai berau' yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari kedepan.

     Sementara itu, penggunaan energi terbarukan belum optimal. Pada tahun 2012, bauran energi di kaltim baru mencapai 0,02% dan berharap dengan melakukan transformasi tersebut bauran energi di Kaltim bisa mencapai3% pada tahun 2018. Kendala saat ini adalah di Mental masyarakat kaltim sendiri. Kendala tersebut menjadi tugas awal bagi pemerintah untuk mengedukasikan transformasi tersebut sehingga secara mental dapat diubah dan mampu melaksanakannya dengan bersama sama (BI).